“Berangkatlah kamu baik dengan rasa ringan maupun dengan rasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan jiwamu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” [At-Taubah/9: 41]
Dikatakan Abi Kholil, Fatwa jihad ini berpengaruh besar terhadap perjuangan melawan penjajah. Hampir semua pertempuran melawan penjajah dipengaruhi oleh fatwa jihad, seperti pertempuran 10 Nopember 1945 di Surabaya yang kemudian hari dikenang sebagai Hari Pahlawan.
Menurutnya, Shahabat ‘Abdullah bin ‘Umar. Radhiyallahu anhuma berkata,
إِنَّ أَفْضَلَ الْعَمَلِ بَعْدَ الصَّلَاةِ اَلْجِهَادُ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ تَعَالَى.
“Sesungguhnya seutama-utama amal sesudah shalat adalah jihad di jalan Allah Ta’ala.”
Dia menambahkan, Selain ikut andil dalam perjuangan fisik, santri dan ulama juga ikut berperan dalam merumuskan dasar negara melalui organisasi Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), dalam bahasa Jepang dikenal dengan dokuritsu junbi chōsa-kai.
kebodoha
“Untuk zaman sekarang para santri tetap diwajibkan untuk mempertahankan kemerdekaan dengan cara mengaji kitab-kitabnya para ulama salaf di pondok pesantren, madrasah diniyyah, TPA dan TPQ” ujarnya
Lebih dalam Abi Kholil mengatakan, Dan yang dilawan oleh para santri sekarang adalah penjajah yang bernama “kebodohan”.
“Imam Syafi’i pernah berkata bahwa “Jika kamu tak sanggup menahan lelahnya belajar, maka kamu harus sanggup menahan perihnya kebodohan” pungkas Abi Kholil
Reporter : Eka Lesmana