Sementara native speaker dari sosialisasi Edi kegiatan yang dilakukan dapat menjadi embrio kepedulian terhadap sampah di lingkungan dan menjadi contoh bagi masyarakat lain di sekitar.
“Saya harap kegiatan ini bisa menjadi pelopor penanganan sampah dilingkungan peserta masing-masing, yang tak kalah penting dukungan terangsangnya kegiatan yang disampaikan oleh mbak Widuri,” ucapnya Edi.
Penguraian sampah dengan magot tidak hanya mengurangi jumlah keadaan sampah namun memberikan manfaat antara lain, ulat dari lalat tersebut bisa menjadi pengganti makanan ikan, ayam, burung. Hasil fermentasi dari penguraian magot bisa menjadi pupuk organik yang memicu kesuburan tanah.
“Nilai ekonomis dari penangan sampah organik selain bisa mengurangi biaya pakan ikan, ayam maupun burung, dari kotoran uraian magot dapat menjadi pupuk organik.” Cetusnya.
Menangani menangani sampah ada beberapa cara salah satunya sampah dibakar diolah menjadi sumber tenaga listrik, biaya untuk menjadi sumber listrik tidak murah dan itupun hanya ada di beberapa lokasi di Indonesia bahkan materi tersebut sempat disampaikan oleh peneliti Ahli Utama Pada Pusat Riset Lingkungan Dan Teknologi Ir. Firman Laili Sahwan.
Khotim salah satu peserta kegiatan mengungkapkan sosialisasi dan pelatihan yang diikuti memberikan manfaat baik baginya karena banyak ilmu yang didapat dari kegiatan, bahwa sampah dapat menjadi nilai ekonomis bagi yang paham dan melakukan.
“Soal sampah ternyata bisa membuat nilai ekonomis dan insyaallah saya minat untuk membuat penanganan sampah organik dengan magot,” pungkas Khotim.
Reporter : Azza